Kita sering diyakinkan oleh kisah sukses dramatis dan janji terobosan dari para pemasar biochar. Namun, pekerjaan terpenting—pekerjaan yang menerjemahkan potensi menjadi praktik—seringkali lebih tenang, lebih metodis, dan jauh lebih esensial.
Ini adalah poin utama yang saya dapatkan dari pidato utama yang menarik pada hari kedua Global Biochar Exchange, yang disampaikan oleh Bapak Toshinaru Fujii dari Pusat Penelitian Pertanian Aichi di Jepang. Presentasi beliau adalah sebuah kelas master dalam ilmu pengetahuan yang sabar dan berbasis lapangan yang diperlukan untuk membangun protokol yang andal bagi para petani. Ini menawarkan dua wawasan kuat yang menantang asumsi kita.
Wawasan 1: “Tidak ada hasil” tetaplah sebuah hasil
Bagian pertama penelitian merinci sebuah eksperimen yang menerapkan tingkat biochar yang diinokulasi mikroba yang berbeda pada lahan kubis yang juga diberi pupuk kimia. Hasilnya? Tidak ada perbedaan signifikan dalam hasil panen kubis di semua tingkat aplikasi.

Foto oleh Yuventius Nicky, “Cabbage Yield Slide” Nagoya, Jepang 2025
Di dunia yang mengejar peningkatan hasil panen yang menarik perhatian, “hasil nol” ini sangat penting. Ini menunjukkan prinsip konteks yang krusial: ketika suatu sistem sudah jenuh dengan pupuk kimia yang sangat tersedia, manfaat biologis yang lebih halus dari biochar yang diinokulasi mungkin akan tertutupi. Ini adalah pengingat yang menyadarkan bahwa biochar bukanlah solusi ajaib; ini adalah alat yang efektivitasnya ditentukan oleh lingkungan tempat ia ditempatkan.
Wawasan 2: Pekerjaan terpenting seringkali tidak terlihat
Mungkin eksperimen yang paling mengungkapkan adalah dengan bibit tomat. Tim Bapak Fujii menanamnya di media dengan persentase biochar yang bervariasi, dari 0% hingga 100%.

Foto oleh Yuventius Nicky, “Tomato Slide 2” Nagoya, Jepang 2025
Di atas permukaan tanah, hampir tidak ada perbedaan yang terlihat pada tinggi tanaman atau ukuran daun. Bagi pengamat biasa, biochar tampaknya memiliki efek yang dapat diabaikan.
Namun di bawah tanah, cerita yang berbeda terungkap. Bibit yang ditanam dalam 50% dan 100% biochar menunjukkan sistem akar yang jauh lebih kuat dan luas. Ini adalah metafora yang kuat untuk fungsi biochar. Pekerjaannya yang paling mendalam seringkali senyap dan tidak terlihat, membangun fondasi yang tangguh—arsitektur akar—yang mendukung seluruh tanaman dalam jangka panjang.
Garis depan: dari gambaran umum hingga spesifik yang tajam
Presentasi diakhiri dengan melihat masa depan penelitian praktis ini: berfokus pada tantangan spesifik penggunaan biochar yang terbuat dari kotoran ayam.
Bahan ini melimpah secara lokal tetapi tinggi kalium. Pertanyaan krusialnya bukan lagi “apakah biochar berfungsi?” melainkan “berapa tingkat aplikasi maksimum biochar spesifik ini sebelum kadar kaliumnya yang tinggi menjadi masalah bagi tanah?”
Inilah garis depan. Bergerak dari konsep luas ke detail yang tajam dan preskriptif. Inilah ilmu pengetahuan iteratif yang tidak glamor namun sangat penting. Ini tidak akan selalu menghasilkan berita utama yang dramatis, tetapi ini adalah pekerjaan sabar para peneliti seperti Bapak Fujii yang menempa janji biochar menjadi alat yang andal dan terpercaya bagi para petani di seluruh dunia.


